Teknologi Digital: antara Inovasi dan Ancaman bagi Kesehatan

4 jam lalu
Bagikan Artikel Ini
img-content
Teknologi Digital: Antara Inovasi dan Ancaman bagi Kesehatan
Iklan

Perkembangan teknologi digital berlangsung dengan kecepatan yang hampir melampaui imajinasi kita

***

Wacana ini ditulis oleh Putri Widia Rahmadani Rambe, Luthfiah Mawar M.K.M., dan Dr. M. Agung Rahmadi, M.Si. Lalu diedit oleh Aisyah Umaira, Andieni Pratiwi, Andine Mei Hanny, Dwi Keisya Kurnia, dan Naila Al Madina dari IKM 6 Stambuk 2025, Fakultas Kesehatan Masyarakat, UIN Sumatera Utara.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Perkembangan teknologi digital berlangsung dengan kecepatan yang hampir melampaui imajinasi kita. Hampir seluruh aspek kehidupan kini bersinggungan dengan teknologi, termasuk ranah kesehatan yang semakin mudah dijangkau berkat digitalisasi. Layanan telemedicine, rekam medis elektronik, hingga perangkat pintar yang mampu mendeteksi detak jantung menjadi bukti nyata bagaimana teknologi membuka akses yang lebih luas dan efisien bagi masyarakat.

Namun, di balik wajah inovatif tersebut, terdapat pula sisi lain yang tidak kalah penting untuk dicermati, sebab teknologi tidak hanya menawarkan manfaat, melainkan juga membawa risiko yang dapat mengancam kesehatan apabila tidak digunakan secara bijak. Pertanyaan mendasarnya ialah apakah teknologi benar-benar memperbaiki kualitas hidup kita, atau justru menyelipkan tantangan baru yang perlahan merugikan.

Dari sudut pandang positif, teknologi digital telah menghadirkan revolusi besar, khususnya bagi masyarakat di daerah terpencil. Kini, seorang pasien di pelosok dapat berkonsultasi dengan dokter spesialis hanya melalui layar ponsel tanpa harus menempuh perjalanan jauh. Perangkat seperti jam tangan pintar juga memungkinkan peringatan dini ketika detak jantung bermasalah, sehingga pencegahan dapat dilakukan lebih cepat.

Data dari WHO pada tahun 2021 menunjukkan bahwa layanan kesehatan digital mampu meningkatkan pemerataan akses kesehatan di negara-negara berkembang hingga puluhan persen. Fakta ini menegaskan peran teknologi sebagai jembatan yang menjembatani kesenjangan pelayanan kesehatan di seluruh dunia.

Namun, euforia atas kemudahan teknologi acap kali membuat kita lengah. Fenomena penggunaan gadget yang berlebihan kini melanda berbagai kelompok usia, dari anak-anak hingga orang dewasa. Kebiasaan berlama-lama dengan gawai, terutama hingga larut malam, berimbas pada kualitas tidur yang terganggu, menurunnya konsentrasi, berkurangnya aktivitas fisik, serta meningkatnya risiko stres dan depresi. Paparan cahaya layar yang berkepanjangan membuat mata cepat lelah dan pola tidur semakin kacau, sedangkan gaya hidup pasif akibat keterikatan dengan teknologi membuka jalan bagi munculnya penyakit serius seperti diabetes, hipertensi, dan gangguan jantung.

Dalam konteks kesehatan, terdapat setidaknya tiga tantangan utama dari perkembangan teknologi digital. Pertama, dampak terhadap kesehatan fisik. Survei Riskesdas tahun 2018 menunjukkan bahwa sepertiga masyarakat Indonesia kurang melakukan aktivitas fisik, salah satunya karena terlalu banyak waktu dihabiskan di depan layar. Jika dibiarkan, prevalensi penyakit tidak menular akan meningkat secara signifikan. Kedua, dampak pada kesehatan mental. Media sosial sering kali menjerat pengguna dalam tekanan psikologis, baik karena rasa takut tertinggal informasi maupun dorongan untuk tampil sempurna di ruang maya.

Penelitian di Amerika mengungkap bahwa mereka yang menggunakan media sosial lebih dari tiga jam per hari memiliki risiko depresi lebih tinggi dibandingkan pengguna lainnya. Ketiga, tantangan terkait etika dan privasi. Rekam medis elektronik yang seharusnya dijaga kerahasiaannya ternyata rawan disalahgunakan. Jika data kesehatan diperjualbelikan, kerugian sosial dan ekonomi yang dialami pasien dapat sangat besar.

Menghadapi tantangan tersebut, teknologi digital seharusnya diposisikan sebagai alat bantu, bukan pengendali kehidupan. Masyarakat perlu menumbuhkan kesadaran untuk menggunakan teknologi secara proporsional dan berorientasi pada manfaat. Aplikasi yang mendorong aktivitas sehat, seperti penghitung langkah kaki, dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi berolahraga, sedangkan penggunaan berlebihan untuk permainan daring sebaiknya dibatasi. Dengan cara ini, teknologi menjadi sarana pendukung gaya hidup sehat, bukan jebakan yang menggerus kesehatan.

Teknologi pada hakikatnya memiliki dua wajah yang kontras. Di satu sisi, ia adalah inovasi yang membuka peluang besar, mempercepat akses, serta menciptakan ekosistem kesehatan yang lebih adil dan merata. Namun di sisi lain, teknologi juga berpotensi menjadi ancaman yang memicu penyakit fisik, gangguan mental, dan persoalan etika privasi. Kedekatan teknologi dalam kehidupan sehari-hari memang tidak terhindarkan, termasuk dalam bidang kesehatan, tetapi kedekatan ini harus disertai kewaspadaan. Kesehatan sejatinya bukan hanya tentang mengobati penyakit, melainkan juga mencegah munculnya masalah baru akibat perubahan gaya hidup yang dibawa oleh teknologi.

Apabila teknologi digunakan secara bijak, masa depan kesehatan akan semakin cerah dan inklusif, memberikan manfaat yang adil bagi setiap orang. Namun apabila kita lengah, besar kemungkinan ancaman terbesar di masa depan justru berasal dari cara kita sendiri dalam memperlakukan teknologi.

 

Corresponding Author: Putri Widia Rahmadani Rambe (email:[email protected])

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler